Unic29.com - Liburan sekolah tidak selalu identik dengan bepergian ke tempat wisata. Di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, para siswa sekolah dasar (SD) membuat sebuah robot. Menariknya, robot yang mereka dilandasi ide untuk melestarikan budaya, yakni Reog.
Robot yang dihasilkan para siswa anggota Klub Robotik SD Muhammadiyah itu cukup menarik.
Robot bisa menari serta berjalan maju-mundur seperti halnya Reog sungguhan. Para siswa menyebut robot setinggi 50 sentimeter itu dengan nama "Reyog".
Sarifuddin, seorang anggota klub robotik, Senin (25/6/2012), menjelaskan, mereka membuat robot dari mulai rangkaian, seting, hingga program software. Semua dikerjakan oleh para siswa, sementara guru mata pelajaran TI hanya mendampingi.
Meski dibuat oleh siswa SD, namun kreasi mereka bisa dibanggakan. Terbukti, Reyog menari dengan lancar.
Sarifuddin menambahkan, membuat robot sudah menjadi hobi para anggota Klub Robotik sehingga mereka rela mengorbankan libur. Selain "Reyog", mereka akan membuat robot-robot lainnya.
Aktivitas mereka juga didukung para orangtua. Hanifah Muhtar, seorang orangtua murid, mengaku mendukung aktivitas mengisi libur yang positif.
Apalagi, Reog dibuat bukan sebatas menyalurkan hobi, namun melestarikan kesenian khas Ponorogo. "Kreativitas teknologi dengan tidak meninggalkan kesenian,” sebut Hanifah. (okezone)
Robot bisa menari serta berjalan maju-mundur seperti halnya Reog sungguhan. Para siswa menyebut robot setinggi 50 sentimeter itu dengan nama "Reyog".
Sarifuddin, seorang anggota klub robotik, Senin (25/6/2012), menjelaskan, mereka membuat robot dari mulai rangkaian, seting, hingga program software. Semua dikerjakan oleh para siswa, sementara guru mata pelajaran TI hanya mendampingi.
Meski dibuat oleh siswa SD, namun kreasi mereka bisa dibanggakan. Terbukti, Reyog menari dengan lancar.
Sarifuddin menambahkan, membuat robot sudah menjadi hobi para anggota Klub Robotik sehingga mereka rela mengorbankan libur. Selain "Reyog", mereka akan membuat robot-robot lainnya.
Aktivitas mereka juga didukung para orangtua. Hanifah Muhtar, seorang orangtua murid, mengaku mendukung aktivitas mengisi libur yang positif.
Apalagi, Reog dibuat bukan sebatas menyalurkan hobi, namun melestarikan kesenian khas Ponorogo. "Kreativitas teknologi dengan tidak meninggalkan kesenian,” sebut Hanifah. (okezone)